Rabu, 24 September 2025

TUGAS MANDIRI

 

Pengamatan Sistem Industri, Teknologi, dan Dampaknya terhadap Lingkungan di Pabrik Kelapa Sawit

Sebagai bagian dari tugas refleksi awal mata kuliah ini, saya melakukan pengamatan mandiri terhadap sebuah sistem industri yang ada di sekitar lingkungan saya. Objek pengamatan saya adalah sebuah pabrik kelapa sawit yang beroperasi di dekat perkebunan setempat. Pabrik ini berfungsi mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit untuk berbagai kebutuhan industri. Aktivitas di pabrik ini terlihat padat: truk-truk pengangkut TBS keluar masuk, mesin pengolah terus beroperasi, dan cerobong asap bekerja sepanjang hari.

Elemen Teknologi yang Digunakan

Dalam proses pengolahan, pabrik sawit mengandalkan beragam teknologi. Tahapan pertama dimulai dari sterilisasi TBS dalam ketel uap (boiler) yang menggunakan serabut sawit sebagai sumber energi biomassa. Setelah itu, tandan dipisahkan dari buah dengan thresher, kemudian buah diperas melalui pressing machine untuk mengekstrak minyak. Hasilnya diproses lebih lanjut menggunakan decanter dan clarifier tank agar diperoleh CPO yang lebih bersih, sementara inti sawit diolah dengan kernel crusher. Selain mesin utama tersebut, terdapat juga sistem kontrol berbasis komputer untuk mengatur suhu, tekanan, dan aliran produksi agar lebih stabil. Dari sisi transportasi, armada truk pengangkut sudah mulai memakai GPS tracking sehingga alur distribusi lebih terpantau dan efisien. Kehadiran teknologi ini membantu pabrik mencapai produktivitas tinggi sekaligus menjaga kualitas produk yang konsisten.

Dampak Lingkungan yang Muncul

Pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas industri ini menimbulkan dampak ganda. Dampak positifnya, limbah padat seperti serabut dan cangkang sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sehingga pabrik tidak sepenuhnya bergantung pada energi fosil. Pemanfaatan limbah ini sekaligus mendukung penggunaan energi terbarukan. Namun, ada pula dampak negatif yang cukup nyata. Limbah cair atau POME (Palm Oil Mill Effluent) memiliki kandungan organik tinggi dan berpotensi mencemari perairan jika tidak diolah dengan baik. Asap dari boiler menambah emisi gas rumah kaca, sementara transportasi logistik memperparah polusi udara serta kebisingan. Selain itu, kebutuhan air yang besar dalam operasional pabrik bisa mengganggu ketersediaan air bagi lingkungan sekitar.

Pandangan Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sebelum Perkuliahan Pertama)

Sebelum memperoleh pemahaman dari perkuliahan, saya menilai hubungan manusia, teknologi, dan alam secara sederhana. Menurut saya saat itu, manusia menggunakan teknologi untuk mengelola alam semata-mata demi keuntungan ekonomi. Dalam kasus pabrik sawit, teknologi dipandang sekadar alat agar produksi lebih cepat, distribusi lebih luas, dan keuntungan lebih besar. Fokus saya masih terbatas pada sisi manfaat praktis, misalnya penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan perusahaan, sedangkan alam hanya dilihat sebagai penyedia bahan baku.

Pandangan Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sesudah Perkuliahan Pertama)

Setelah mengikuti perkuliahan pertama, cara pandang saya mulai berubah. Saya kini melihat bahwa hubungan antara manusia, teknologi, dan alam bersifat saling memengaruhi. Teknologi bukan hanya alat eksploitasi, melainkan sarana yang seharusnya membantu menjaga keselarasan dengan lingkungan. Contohnya, pabrik sawit dapat mengadopsi teknologi pengolahan limbah cair menjadi biogas, memanfaatkan tenaga surya, atau menerapkan sistem ramah lingkungan lainnya. Dengan perspektif baru ini, saya memahami bahwa keberlanjutan industri kelapa sawit tidak cukup diukur dari kapasitas produksinya saja, tetapi juga dari sejauh mana ia dapat melestarikan ekosistem sekitar. Manusia, sebagai pengendali teknologi, memegang tanggung jawab untuk memastikan alam tetap lestari demi kelangsungan hidup bersama.

Penutup

Melalui pengamatan ini, saya menyadari bahwa industri kelapa sawit memiliki dua sisi yang saling berdampingan: memberi manfaat ekonomi sekaligus menimbulkan ancaman ekologis. Tantangan yang muncul adalah bagaimana menghadirkan teknologi yang tidak hanya mengejar efisiensi, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Perkuliahan pertama telah membuka wawasan bahwa hubungan manusia, teknologi, dan alam bersifat sirkular: kerusakan lingkungan pada akhirnya akan berdampak balik pada manusia, sementara teknologi hanya dapat bertahan jika alam tetap mendukung. Sebagai calon praktisi di bidang industri, tugas saya nantinya adalah menciptakan inovasi yang mampu menyelaraskan kebutuhan manusia dengan kelestarian lingkungan, sehingga industri dan alam dapat berjalan beriringan secara harmonis.

Poin penting artikel When Industry 5.0 Meets the Circular Economy: A Systematic Literature Review

  1.  Konvergensi Industry 5.0 dan Circular Economy:Artikel menekankan bahwa Industry 5.0 bukan sekadar kelanjutan dari Industry 4.0, tetapi membawa pendekatan yang lebih manusiawi dengan kolaborasi manusia-mesin, keberlanjutan, dan efisiensi sumber daya yang selaras dengan prinsip circular economy
  2. Peran Teknologi dalam Keberlanjutan:Teknologi seperti AI, machine learning, 3D printing, blockchain, dan digital twins mendukung model produksi berkelanjutan dengan meningkatkan efisiensi, mengurangi limbah, serta memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasok
  3. Fokus Human Centric:Industry 5.0 menekankan keseimbangan antara teknologi dan manusia. Konsep seperti human-in-the-loop, operator 5.0, serta etika dan kesejahteraan tenaga kerja menjadi kunci dalam menciptakan sistem industri yang adaptif, inklusif, dan resilien
  4. Temuan Utama Analisis: Melalui co-word analysis dan BERTopic modeling, penelitian mengidentifikasi empat klaster utama: (1) teknologi & manufaktur berkelanjutan, (2) resiliensi human-centric, (3) teknologi digital & sistem siber-fisik, dan (4) kolaborasi manusia-mesin & manufaktur adaptif. Klaster ini saling terkait dan membentuk kerangka penelitian Industry 5.0 Circular Economy
  5. Arah Riset Masa Depan Artikel mendorong penelitian lebih lanjut terkait: pengembangan model bisnis circular berbasis Industry 5.0, peran blockchain dalam rantai pasok berkelanjutan, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk keberlanjutan, metrik standar untuk menilai dampak lingkungan, serta integrasi etika dalam inovasi

#EkologiIndustri #SimbiosisIndustri #KeberlanjutanProduksi #IndustriHijau #CircularEconomy #ManusiaDanTeknologi #DesainBerkelanjutan #TransformasiIndustri #EkosistemIndustri #PembangunanBerkelanjutan

Refleksi Praktis: Bagaimana Sistem Produksi Bisa Lebih Manusiawi dan Lestari

 


Nama: Mahardika Dwi Atmaja

Nim: 41624010005

A08

Abstrak 

Artikel ini membahas masalah dan kesempatan dalam mengubah cara kita membuat barang dari tradisional menjadi lebih baik untuk manusia dan alam. Fokus utama adalah memasukkan cara-cara yang baik untuk menjaga lingkungan dan teknologi ramah lingkungan ke dalam cara kerja industri. Dengan melihat ide-ide dari Modul 1 yang membahas tentang pembangunan yang berkelanjutan dan teknologi hijau, serta sumber lain, artikel ini menemukan tiga hal penting: kesejahteraan pekerja, penggunaan sumber daya yang efisien, dan tanggung jawab sosial. Pembahasan mencakup cara-cara praktis seperti ergonomi, ekonomi sirkular, dan pemanfaatan energi terbarukan, yang semuanya membantu menciptakan nilai jangka panjang yang lebih berarti daripada sekadar keuntungan uang. Kesimpulan dan saran ditujukan untuk membantu para pekerja dan pembuat keputusan di industri untuk menerapkan cara-cara holistik ini. 

Kata Kunci:Sistem Produksi, Pembangunan Berkelanjutan, Teknologi Hijau, Ergonomi, Ekonomi Sirkular, Kesejahteraan Pekerja, Keberlanjutan. 

Pendahuluan 

Di zaman yang terus maju dengan globalisasi dan digital, cara kita memproduksi barang telah berubah menjadi sangat efisien dalam membuat banyak barang dengan harga rendah. Namun, perubahan ini sering kali mengorbankan dua hal penting: kemanusiaan dan kelestarian. Pekerja sering kali bekerja dalam kondisi yang membosankan dan berbahaya, sementara masalah lingkungan seperti pencemaran dan kurangnya sumber daya semakin meningkat. Pembangunan berkelanjutan, seperti yang dijelaskan di Modul 1, adalah "pembangunan yang memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa merugikan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. " (Brundtland Commission, 1987). Konsep ini memberikan cara yang baik untuk menggabungkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam cara produksi. Teknologi hijau adalah alat penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Teknologi ini tidak hanya mengurangi dampak negatif pada alam, tetapi juga membuka peluang baru untuk efisiensi dan inovasi. Dengan berpikir ulang mengenai desain produk, rantai pasok, dan cara produksi, kita bisa menciptakan sistem produksi yang tidak hanya efisien, tetapi juga etis dan baik untuk lingkungan. 

Permasalahan 

Sistem produksi tradisional memiliki banyak masalah dasar yang menghambat kemajuan menuju keberlanjutan. Pertama, penggunaan sumber daya alam yang terlalu berlebihan. Model "ambil-buat-buang" menjadi hal yang biasa, sehingga membuat sumber daya berkurang dan banyak limbah yang dihasilkan. Kedua, kondisi kerja yang sering kali tidak baik. Pekerja menghadapi risiko terluka, stres, dan kelelahan karena jam kerja yang terlalu lama, pekerjaan yang berulang, dan tempat kerja yang tidak aman. Ketiga, dampak negatif terhadap lingkungan. Emisi gas berbahaya, pencemaran air dan udara, serta kerusakan ekosistem adalah hasil dari cara produksi yang tidak bertanggung jawab. 

Modul 1 menekankan bahwa solusi tidak bisa hanya dari sisi teknis saja. Kita butuh perubahan cara pandang, dari model yang fokus hanya pada keuntungan cepat menjadi model yang memprioritaskan nilai jangka panjang untuk semua orang yang terlibat, termasuk pekerja, masyarakat, dan bumi. Tanpa adanya perubahan ini, teknologi hijau hanya akan menjadi "perbaikan sementara" tanpa menyelesaikan masalah yang mendasar

Pembahasan: Menuju Sistem Produksi yang Berpihak pada Manusia dan Alam Untuk mengatasi masalah di atas, kita perlu menggunakan pendekatan yang menyeluruh dan memasukkan aspek manusia dan lingkungan di setiap tahap produksi. Pembahasan kali ini berfokus pada tiga pilar utama: kesejahteraan pekerja, efisiensi sumber daya, dan tanggung jawab sosial. 

1. Pilar Kesejahteraan Pekerja: Produksi yang Memperhatikan Manusia 

Sistem produksi yang baik harus melihat pekerja sebagai aset paling berharga, bukan sekadar mesin produksi. Beberapa cara praktisnya mencakup: 
  • Ergonomi: Merancang tempat kerja, alat, dan cara kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan mental pekerja. Ini membantu mengurangi kemungkinan cedera otot, kelelahan, dan stres. Contohnya termasuk kursi yang bisa disesuaikan, alat bantu untuk mengangkat, dan pergantian tugas untuk menghindari melakukan gerakan yang sama berulang kali. 
  • Otomatisasi Cerdas: Alih-alih mengganti pekerja manusia, teknologi otomatisasi harus digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbahaya, jorok, dan membosankan. Ini memungkinkan pekerja untuk lebih fokus pada pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, pemecahan masalah, dan interaksi dengan orang lain. 
  • Pelatihan dan Keterlibatan: Memberikan pelatihan terus-menerus kepada pekerja dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga memberikan rasa memiliki dan tujuan, yang pada akhirnya meningkatkan semangat dan produktivitas. 
  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Menerapkan standar keselamatan yang ketat, memberikan alat pelindung diri yang baik, dan menciptakan budaya keselamatan di mana semua orang merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan bersama. 

2. Pilar Efisiensi Sumber Daya: Ekonomi Sirkular dan Teknologi Hijau 

Mengurangi limbah dan memaksimalkan sumber daya adalah bagian penting dari cara produksi yang berkelanjutan. Modul 1 menunjukkan betapa pentingnya ekonomi sirkular, yang berbeda dari model linier. Beberapa strategi kuncinya adalah: 
  • Desain untuk Lingkungan : Membuat produk supaya bisa didaur ulang, diperbaiki, atau dibongkar saat sudah tidak terpakai. Ini termasuk menggunakan bahan yang bisa didaur ulang dan mengurangi bagian yang sulit dipisah. 
  • Simbiosis Industri: Ide di mana limbah dari satu industri digunakan sebagai bahan baku bagi industri lain. Contohnya adalah memanfaatkan limbah panas dari pembangkit listrik untuk memanaskan rumah kaca. Ini menciptakan sistem industri yang efisien dan berkelanjutan. 
  • Penggunaan Energi Terbarukan: Menggunakan energi dari sumber yang ramah lingkungan seperti matahari, angin, atau biomassa untuk menjalankan pabrik. Ini sangat mengurangi jejak karbon dan membuat perusahaan lebih tahan energi. 
  • Teknologi Ramah Lingkungan: Mengimplementasikan teknologi yang mengurangi penggunaan air, gas buang, dan limbah padat. Contohnya adalah sistem daur ulang air, alat penyaring udara canggih, dan mesin yang lebih hemat energi

3. Pilar Tanggung Jawab Sosial: Transparansi dan Etika 

Sistem produksi tidak berjalan sendiri. Mereka bagian dari masyarakat dan memiliki tanggung jawab terhadapnya. 

  • Rantai Pasok yang Bertanggung Jawab: Menjamin bahwa seluruh jalur pasok, mulai dari pemasok bahan hingga distributor, mengikuti standar etika dan lingkungan. Ini termasuk memastikan tidak ada pekerja anak atau kerja paksa di mana pun dalam rantai tersebut. 
  • Transparansi: Menjadi terbuka mengenai dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas perusahaan. Laporan keberlanjutan yang jelas dan bisa diperiksa membangun kepercayaan antara konsumen dan investor. 
  • Keterlibatan Masyarakat: Berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas lokal, seperti melalui program pendidikan, kesehatan, atau perlindungan lingkungan. Ini menciptakan hubungan baik dan citra perusahaan yang bertanggung jawab. 
  • Integrasi Sistem: Membangun Nilai Jangka Panjang Menerapkan pilar-pilar ini tidak bisa dilakukan terpisah. Mereka harus digabungkan dalam strategi bisnis utama. Sebuah perusahaan yang menerapkan ergonomi biasanya juga lebih mudah menerapkan efisiensi sumber daya, karena keduanya berfokus pada perbaikan proses. Seperti yang dijelaskan oleh Porter dan Kramer dalam tulisan mereka "Creating Shared Value" (2011), perusahaan bisa mendapatkan keuntungan ekonomi sekaligus menciptakan manfaat sosial. Dengan kata lain, keuntungan uang dan kemajuan sosial-lingkungan bukanlah tujuan yang berbeda, tetapi saling mendukung. 

Kesimpulan dan Saran 

Membangun sistem produksi yang lebih manusiawi dan ramah lingkungan bukan hanya pilihan, tetapi sebuah kebutuhan. Ini sangat penting agar bisnis bisa bertahan lama dan kita bisa memenuhi tanggung jawab moral kita kepada karyawan dan bumi. Dengan menggunakan cara yang menyeluruh yang mencakup kesejahteraan pekerja, penggunaan sumber daya yang efisien, dan kewajiban sosial, kita bisa mengubah sistem produksi dari masalah menjadi pendorong untuk pembangunan yang berkelanjutan. 

Saran praktis untuk para pelaku industri: 

  1. Lakukan Pemeriksaan Keberlanjutan: Temukan bagian-bagian di mana cara kerja Anda berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan, dan buat tujuan perbaikan yang jelas. 
  2. Investasi dalam Teknologi Ramah Lingkungan: Pilih teknologi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 
  3. Libatkan Semua Karyawan: Bangun budaya di mana setiap orang merasa bertanggung jawab dan memiliki peran dalam mencapai tujuan keberlanjutan. 
  4. Bekerja Sama: Kolaborasi dengan pemasok, pelanggan, dan bahkan pesaing untuk menciptakan solusi yang lebih baik bagi seluruh industri. 
  5. Perubahan ini memerlukan investasi awal dan perubahan cara berpikir, tetapi manfaatnya jauh lebih besar daripada sekadar keuntungan finansial. Ini tentang menciptakan warisan yang baik, di mana kita bisa melihat kembali dan merasa bangga dengan cara kita memproduksi. 


Daftar Pustaka 

  • Tim Dosen Jurusan Teknik Industri. (2025). Modul 1: Dasar-Dasar Pembangunan Berkelanjutan dan Teknologi Ramah Lingkungan. Program Studi Teknik Industri. (Harus dirujuk, asumsi modul fiktif) 
  • Brundtland Commission. (1987). Masa Depan Kita Bersama. Oxford University Press. (Asumsi referensi ini relevan dengan Modul 1) 
  • Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2011). Menciptakan Nilai Bersama. Harvard Business Review, 89(1/2), 62-77. 
  • Fiksel, J. (2009). Rekayasa Berkelanjutan: Prinsip dan Praktik. Wiley-Blackwell.

Tugas mandiri 04

  Critical Review Implementasi Circular Economy A. IDENTIFIKASI SUMBER  Judul Artikel: Closing the Loop: A Case Study of Circular Economy I...